Rabu, 29 April 2009

iswar matondang

Iswar Matondang (48), sudah 10 tahun yang lalu menjadi Kepala Desa
Huta Godang Kecamatan Ulu Pungkut, Kabupaten Mandailing Natal. Desa
yang menjadi pusat adat bagi marga Lubis ini menyimpan sebuah
perjalanan terhadap penolakan masyarakat terhadap Perusahaan Tambang
PT. Sorik Mas Mining (PT.SMM). Penolakan masyarakat tersebut sangat
beralasan, karena kalau perusahaan tersebut melakukan kegiatan akan
menimbulkan bencana yang tidak kecil terhadap alam dan masyarakat.
Berikut petikan wawancara dengan Iswar Matondang, kepada Piccala.

Pak Iswar, ceritakan bagaimana awalnya masyarakat bisa mengusir PT.
Sorik Mas Mining dari Kecamatan ini ?

Penolakan ini dimulai sekitar tahun 1999 yang lalu, saat PT.SMM
melakukan penelitian sumber-sumber kandungan emas di sekitar 8 desa
di kecamatan ini, yaitu Patahajang, Tolang, Simpang Duhu Dolok, Huta
Godang, Huta Padang, Simpang Banyak Jae, Simpang Banya Julu, dan
Simpang Pining. Saat itu mereka masuk ke dalam kawasan hutan adat
tanpa memberitahukan kedatangan mereka kepada kami.

Kemudian mereka memberi tanda dengan mencat warna merah pada batang-
batang pohon atau membuat bendera merah pada lokasi yang mereka
teliti. Selang beberapa minggu kemudian kami menayakan kepada pihak
PT. SMM, akan diapakan hutan kami ?. Mereka menjawab akan dilakukan
penambangan emas dan mereka sudah mendapat izin dari pemerintah
untuk melakukan kegiatan tersebut.

Lantas seperti apa tindakan warga setelah mendengar hal tersebut ?

Awalnya kami berfikir pertambangan yang akan dilakukan itu seperti
pertambangan milik warga lain. Tapi setelah dijelaskan bahwa
perusahaan tersebut akan melakukan pertambangan berskala besar kami
melakukan penolakan. Kami mengundang seluruh kepala desa dan tokoh
adat yang ada di kecamatan Ulu Pungkut. Kemudian kami membentuk
Badan Penyelamat Pelestarian Lingkungan (BPPL) sebagai media
perjuangan kami. Dan kebetulan saya yang terpilih sebagai ketua dari
organisasi tersebut.

Pada tahun 2000 kami mendatangi kantor PT.SMM yang ada di Kotanopan
untuk mempertanyakan keberadaan kegiatan eksplorasi di sekitar hutan
desa kami. Mereka (PT. SMM - red) hanya menjelaskan rencana mereka
untuk membangun jembatan yang menghubungkan camp mereka dari Desa
Patahajang. Tapi ketika kami Tanya bahan apa saja yang mereka
gunakan dan dampak terhadap masyarakat dan lingkungan, mereka tidak
bisa menjawab. Sejak itulah kami menolak apapun bentuk kegiatan yang
mereka lakukan. Dan saya katakan kepada mereka, jangan seenaknya
masuk ke tanah kami.

Setelah warga desa menyatakan hal tersebut, tindakan apa yang
dilakukan PT. SMM kepada masyarakat ?

Mereka, PT.SMM tidak henti-hentinya "menjinakkan" (melakukan
berbagai upaya agar kami menerima kehadiran mereka). kami dengan
memberikan bantuan Dari memberikan bantuan berupa pembangunan
jembatan di Sungai Pungkut dan pembangunan fisik lainnya. Sampai-
sampai kepala desa Patahajang digantikan oleh warganya karena
berpihak kepada SMM pada tahun 2005 yang lalu.

Jadi bagaimana masyarakat delapan desa ini bisa mengusir perusahaan
yang katanya milik Australia itu ?

Setelah kami berhasil menggalang seluruh kepala desa dari delapan
desa, kami meminta kepada raja-raja adat untuk mendukung perjuangan
kami. Syukurnya para raja adat terutama marga lubis, khususnya Sutan
Singo Soro mendukung kuat apa yang kami lakukan. Setelah itu kami
kembali mendatangi kantor PT. SMM di Kotanopan secara beramai-ramai
untuk meminta mereka keluar dari lokasi hutan dan tanah adat kami.
Karena mereka tidak bisa ? mau ? menjelaskan seperti apa dampak yang
akan ditimbulkan dari kegiatan mereka.

Pada tahun 2004 kegiatan ekplorasi PT.SMM dihentikan karena kami
mengatakan kami tidak bertanggung jawab kalau terjadi tindakan
diluar sepengetahuan kami.

Pada tahun 2005 tepatnya bulan Mei, saya diundang oleh PT.SMM ke
kantornya untuk kompromi. Saat itu saya tetap menolak kehadiran
mereka, meski ditawari berbagai fasilitas dan bantuan dari mereka.

Saat terjadi pengusiran apakah tidak terjadi bentrok fisik ?

Walaupun waktu itu kami sudah siap dengan apapun yang akan terjadi,
tapi alhamdulillah bentrok fisik secara serius tidak ada.

Apa harapan Bapak terhadap pemerintah ?

Harapan kami terhadap pemerintah sebenarnya sangat sederhana,
beritahu apa sebenarnya yang terjadi di tanah kami. Jangan selalu
membohongi kami dengan mengadu domba atau membodohi kami dengan
kebijakan yang salah kaprah. (Komoro)
[19/10/06, 05:39:24]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar